The American Indian Movement, founded in 1968 in Minneapolis, burst into that turbulent time with passion, anger, and radical acts of resistance. Spurred by the Civil Rights movement, Native people began to protest the decades--centuries--of corruption, racism, and abuse they had endured. They argued for political, social, and cultural change, and they got attention. The photographs of activist Dick Bancroft, a key documentarian of AIM, provide a stunningly intimate view of this major piece of American history from 1970 to 1981. (...) Veteran journalist Laura Waterman Wittstock, who participated in events in Washington, DC, has interviewed a host of surviving participants to tell the stories behind the images. The words of Russell Means, Dennis Banks, Clyde Bellecourt, Eddie Benton Banai, Pat Bellanger, Elaine Salinas, Winona LaDuke, Bill Means, Ken Tilsen, Larry Leventhal, Jose Barreiro, and others tell the stories: the takeovers of federal buildings and the Winter Dam in Wisconsin, the founding of survival schools in the Twin Cities, the Wounded Knee trials, international conferences for indigenous rights, the Trail of Broken Treaties Caravan and the Longest Walk for Survival, powwows and camps and United Nations actions. This is the inside record of a movement that began to change a nation. Dick Bancroft has been the unofficial photographer for the American Indian Movement since 1970. He has traveled the world to take these photographs. Laura Waterman Wittstock, a writer and media consultant, covered the early years of the American Indian Movement as a journalist. Rigoberta Menchú Tum, recipient of the 1992 Nobel Peace Prize, is an activist for indigenous rights in Guatemala. (shrink)

Enrique Dussel telah lama dikenal secara luas sebagai seorang filsuf dari Amerika Latin, yang memperkenalkan “filsafat pembebasan”. Buku Ethics of Liberation ini merupakan elaborasi gagasan sentralnya “pembebasan”. Dussel saat ini menjadi profesor filsafat di Universidad Autónoma Metropolitana, Iztapalapa dan di Universidad Nacional Autóma de México di Mexico City. Dalam karya ini ia mencoba mengatasi berbagai sistem etika yang berlatar belakang filsafat kontinental, yang ia sebut sebagai filsafat yang berbasis filsafat Yunani atau disebut juga “hellenosentrisme” atau “eropasentrisme. Filsafat dan sistem etika (...) ini tidak memadai lagi untuk mendorong pembebasan korban peminggiran oleh globalisasi dan kapitalisme neo-liberal. Dussel mengawali bukunya sepanjang 715 halaman ini dengan menyajikan uraian mengenai sistem etika dalam sejarah dunia, yang dipandang sebagai filsafat yang datang dari pinggiran, periferi. Dari sinilah Dussel mengembangkan etika dari perspektif korban yang tereksklusi. Pada Bagian I Dussel membahas “Fondasi Etika” (h. 53-186) yang terdiri dari tiga komponen. Pertama, etika material atau isi dari etika, yaitu reproduksi dan pengembangan kehidupan secara sadar. Dussel memulai uraiannya dengan pandangan antropologisnya, dimana digambarkan tingkat-tingkat kesatuan hidup manusia. Ia mengaitkan padangannya mengenai manusia dengan “neuroscience. Kemudian dibahas beberapa aliran dalam etikla material;, seperti utilitarianisme dan komunitarianisme (A. MacEntyre, Charles Tay;or, M. Walzer), konsep eudaimonis dari Aristoteles, Sittlichkeit dari Hegel, etika matrial dari Max Scheler, gagasan Xavier Zubiri.. Dari uraian yang sifatnya deskriptif itu, Dussel beranjak kepada perumusan universal, yang merupakan komponen kedua. Yang memberi pembenaran atas norma yang telah dirumuskan. Rumusan universal itu dicapai melalui suatu diskursus dari partisipan yang setara, dalam suatu komunitas komunikasi. Itulah syarat tercapainya kesahihan antarsubjektif. Yang dibahas Dussel adalah sistem etika Kant. John Rawls, Karel Otto-Apel dan J. Habermas. Tahap ketiga dibahas komponen kelayakan berhadapan dengan berbagai kendala.............. Buku Ethics of Liberation memuat uraian yang sangat kaya akan berbagai sistem etika, terutama sistem etika yang diajukan oleh berbagai filsuf kontemporer. Sistem itu tidak ditolak, tetapi harus dilengkap dengan sistem etika-kritis, yeng mendorong mereka yang menjadi korban untuk membebaskan diri. Untuk memperdalam analisisnya Dussel banyak mengacu kepada Marx, Sekolah Frankurt, Nietzsche dan Freud. Pandangan Freire mengenai dialog dan “raising consciousness” melengkap apa yang disebut “konsensus” dalam sistem etrika Habermasian. Dialog menjadi penting untuk membangun komunikasi dalam masyarakat yang asimetris. Ini diperkaya dengan pengalaman tumbuhnya kesadaran sebagaimana diuraikan oleh Rigoberto Menchú Sistem etika Emmanuel Levinas memberikan perspektif baru mengenai keharusan “pengakuan” (recognition) dan tanggung jawab terhadap yang lain. Buku Dussel ini akan memperkaya pandangan para dosen etika, yang pada umumnya terpaku pada sistem etika “Eropasentris.” (M. Sastrapratedja, Program Pascasarjana, Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta). (shrink)

En esta entrevista el conocido sociólogo venezolano Rigoberto Lanz, nos presenta su interpretación, desde una postura postmoderna-crítica, de la realidad social y el desarrollo político de la democracia en la América Latina, en un contexto histórico donde la globalización y el pensamiento únic..

Models in decision theory and game theory assume that preferences are determinate: for any pair of possible outcomes, a and b, an agent either prefers a to b, prefers b to a, or is indifferent as between a and b. Preferences are also assumed to be stable: provided the agent is fully informed, trivial situational influences will not shift the order of her preferences. Research by behavioral economists suggests, however, that economic and hedonic preferences are to some degree indeterminate and (...) unstable, which in turn suggests that other sorts of preferences may suffer the same problem. Even fully informed agents do not always determinately prefer a to b, prefer b to a, or feel indifferent as between a and b. Seemingly trivial situational influences rearrange the order of their preferences. One could respond that decision theory and game theory are not meant to describe actual behavior, and that they instead adumbrate an ideal of rationality from which human action diverges in various ways. When the divergences are small and systematic, they help us identify the heuristics that conspire to help people approximate rationality. One such heuristic, dubbed the Wilde heuristic, is explored. However, the divergences documented by behavioral economists threaten to be too large to handle through idealization. The Rum Tum Tugger Model, in which indifference is intransitive, is spelled out as one promising way for decision and game theory to retrench. Preferences may be locally unstable and indeterminate, but when the differences between options are sufficiently large, they approximate stability and determinacy. (shrink)

La reciente conmemoración de los cien años de la masacre de la Escuela “Domingo Santa María” de Iquique, dio pábulo a numerosas muestras culturales donde no sólo lo estético estuvo presente (en sus múltiples facetas), sino que además, lo centrado en disciplinas históricas, por obvias razones de investigación interpretativa. En este último referente, la obra del conocido académico Rigoberto Sánchez Fuentes, nos concede un trabajo de gran valor inferencial, pues contiene elementos colaterales ..

Udo Schaefers Studien zum Baha'ıtum - Ethische Aspekte der Schrift ist ein Versuch, die Baha'ıtum - Ethik systematisch darzustellen, ihre zugrundeliegenden Strukturen zu analysieren und ihre innere Architektur aufzuspüren. Der erste der beiden Bände, Grundlagen, enthält eine kurze Darstellung des Baha'ıtums, einen systematischen Überblick über seine Lehren, über den Ursprung und die Herkunft moralischer Werte. Die metaphysische Natur des Menschen und seine Verantwortlichkeit wird ebenso untersucht wie der Verstand und das Gewissen sowie die Freiheit und ihre Grenzen.